ROHIS 113 - Berbicara tentang dakwah thulabiy,
maka mau tidak mau kita akan bicara tentang dakwah kampus dan dakwah
sekolah karena memang dua segementasi ini yang menjadi fokus dari
dakwah thulabiy kita, selain dakwah dibidang kepemudaan lainnya.
Belakangan ini di
televisi kembali marak diberitakan mengenai tindak kriminalitas
yang dilakukan oleh pelajar seperti; tawuran yang kerap terjadi
khusunya di wilyah ibukota, pencurian dari mulai barang elektronik
seperti telepon genggam hingga kendaraan bermotor yang melibatkan
atau dilakukan oleh pelajar, dan yang paling mengagetkan ialah
jumlah tindakan asusila yang dilakukan pelajar kini mengalami
peningkatan pesat. Berita-berita tersebut belum pula ditambah dengan
semakin tidak terkendalinya penggunaan narkoba di kalangan pelajar
yang sejak lama telah lebih dulu menghiasai layar televisi kita,
bahkan kini pelajar bukan lagi menjadi korban dari peredaran
narkoba, melainkan menjadi pengedar barang haram tersebut.
Saudaraku,
berita tersebut seakan mengantarkan kita kepada masa-masa silam
yakni di sekitar tahun 1996 sampai awal tahun 2000-an, dimana saat
itu berita-berita sebagaimana disebutkan diatas di televise maupun
surat kabar seolah menjadi berita yang telah lumrah untuk disajikan
setiap harinya.
Saudaraku,
inilah sebuah realita yang harus kita hadapi. Bercerita seorang
teman yang juga seorang pengelola dakwah sekolah, dimana dimasa
“kejayaannya” dulu sekolahnya terkenal sebagai lumbung ADS, bahkan
merupakan sekolah yang pertama kali berhasil menjadikan Mentoring
Project sebagai program sekolah yang wajib diikuti oleh seluruh siswa
disekolahnya. Ada seorang alumni non-ADS yang datang dan berbincang
dengan teman tersebut disekolahnya dan berkata “sekarang ROHIS SMA kita sudah nggak aktif lagi ya?” belum sempat menjawab, alumni yang non-ADS tersebut menyambung perkataannya “Kelihatan, yang pake jilbab lebih sedikit daripada dulu”.
Sepenggal pembicaraan diatas juga mengingatkan penulis dengan kisah
yang penulis alami sendiri. Belum lama ini, penulis diminta mengisi
sebuah acara pelatihan pelajar [Dauroh] dengan lingkup satu wilayah
kota yang pesertanya merupakan perwakilan dari beberapa SMA/K
diwilayah kota tersebut. Sebuah semangat yang membuncah didada
penulis pun muncul karena memang sudah agak lama tidak mengisi acara
dauroh SMA apalagi dengan lingkup sebesar itu. Namun, semanagat itu
agak menurun ketika mengetahui bahwa jumlah pesertanya hanya
kurangdari 30 orang ikhwan dan akhwat, padahal lingkup acara tersebut
adalah SMA/K sewilayah kota. Dengan sedikit menghibur diri penulis
pun meyakinkan kepada peserta bahwa mereka adalah orang-orang
terbaik yang Allah pilih untuk hadir mewakili teman-temannya yang
lain.
Dalam
beberapa kesempatan pertemuan antar pengelola dakwah sekolah,
nampaknya semua mengeluhkan hal yang sama mengenai kelesuan dakwah di
sekolah masing-masing. Bahkan sangat mencengangkan, ketika diketahui
bahwa aktifitas dakwah sekolah bahkan sudah berhenti sama sekali
dari beberapa sekolah.
Padahal,
ketika awal dakwah sekolah digencarkan diawal tahun 2000, dakwah
sekolah pernah mencatatkan prestasi luar biasa dengan mampu menekan
angka tawuran pelajar, bahkan membuat berita-berita negatif yang
melibatkan pelajar benar-benar hilang dari peredaran berita sekitar
10 tahun lamanya. Dengan pencapaian tersebut, keberadaan dakwah
sekolah pun saat itu mendapat apresiasi yang luar biasa dari
birokrasi sekolah maupun instansi pemerintah terkait. Masih hangat
dalam benak kita nama “IQRO Club” yang saat itu menjadi lokomotif
perentas dakwah di banyak sekolah diwilayah Jakarta dan sekitarnya.
Kemudian dari sana tumbuh suburlah organisasi ROHIS [Rohani Islam] di
sekolah-sekolah yang kemudian diikuti dengan munculnya kegiatan
mentoring sebagai sarana perekrutan dan pembinaan para aktivis dakwah
sekolah [ADS] yang kelak akan menjadi kader-kader dakwah di kampus
maupun di masyarakat. Boleh jadi kita adalah para ADS tersebut yang
kini insya Allah tetap istiqomah sebagai ADS, namun bukan lagi
“Aktivis Dakwah Sekolah” melainkan “Aktivis Dakwah Selamanya”. Dalam
lingkup yang lebih luas, muncullah beberapa organisasi dakwah pelajar
yang begitu eksis menggiatkan dakwah sekolah mulai dari skala
wilayah kecamatan, kota, bahkan ada yang berskala nasional.
Lantas
kemanakah pencapaian prestasi-pretasi gemilang tersebut sekarang,
apakah benar bahwa dunia pelajar kita kini telah kembali mengulang
masa lalunya yang kelam?.
Saudaraku,
hanya kepedulian Kita-lah yang dapat menjawabnya, para ADS [Aktivis
Dakwah Sekolah] yang kini telah menjelma menjadi “Aktivis Dakwah
Selamanya”, insya Allah.